Kejadian 5:22; Ulangan 6:6; 32:7
Semasa kecil, tanggal 31 Desember adalah saat yang sangat dinantikan karena akan segera masuk ke tahun yang baru, di mana kami memakai baju baru dan menikmati makanan yang melimpah. Tahun baru juga biasanya menjadi titik balik bagi anggota keluarga untuk membarui komitmen hidup takut akan Tuhan. Kedua orang tua kami selalu memberi “warisan” lewat nasihat dan firman Tuhan yang mereka sampaikan secara lisan. Pada detik-detik menjelang jam 12 malam berdentang, semua anggota keluarga akan duduk melingkar di tikar. Sebagai imam, ayah akan memimpin persekutuan kecil itu dengan diawali menyanyikan lagu syukur atas penyertaan Tuhan di tahun yang lalu. Setelah itu tiap anak akan mengakui dosa yang diperbuatnya untuk minta dimaafkan, serta berjanji tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Ini dilakukan secara bergiliran, mulai dari si sulung sampai si bungsu. Sesi ini dibanjiri tangis penyesalan. Di akhir ibadah, kedua orang tua akan melepas doa berkat kepada anak-anaknya supaya di tahun yang baru Tuhan meimpahkan kesehatan, kekuatan, dan berkatNya. Bertahun-tahun sudah tradisi di mana orang tua membagikan firman Tuhan secara lisan dan semua itu membekali hidup kami hingga bertumbuh menjadi pribadi yang mengasihi Tuhan. Warisan iman yang diberikan secara lisan oleh orang tua, membuat hidup kami berbeda dengan keluarga yang tidak menekankan rasa takut akan Tuhan kepada anak-anak mereka.
Adam pernah melakukan kesalahan yang fatal karena tidak taat kepada perintah Tuhan untuk tidak memakan buah pengetahuan yang baik dan yang jahat. Kegagalan besar itu tentu memacu Adam untuk mewariskan iman yang benar kepada keturunannya, yaitu sikap hati yang taat terhadap perintahNya. Setelah diusir dari Eden, Adam memakai waktunya untuk mewariskan iman kepada anak cucunya, sampai kepada keturunan yang ke-9, yaitu Lamekh (Adam-Set-Enos-Kenan-Mahalaleel-Yared-Henokh-Metusalah-Lamekh). Umur Adam 930 tahun, dan dia masih hidup 56 tahun lagi setelah Lamekh dilahirkan. Bahkan, Adam berhasil mewariskan iman kepada Henokh sehingga ia hidup intim dengan Tuhan. 300 tahun lamanya Henokh bergaul karib dengan Tuhan. Karena menerima warisan iman inilah Henokh tidak mengalami maut dan diangkat Tuhan ke Sorga pada usia 365 tahun. Ini menunjukkan bahwa Adam mewariskan imannya melalui tradisi lisan yang ditanamkan kepada anak cucunya, ia menekankan pentingnya ketaatan kepada perintah Tuhan.
Warisan iman yang disampaikan orang tua secara lisan dan berulang-ulang kepada anak cucu adalah harta yang sangat berharga. Sepanjang setahun ini sudahkah Anda memberi warisan kekal itu kepada mereka? Jika belum, pada 1 Januari esok sampai seterusnya, mulailah mewariskan iman yang benar tanpa merasa bosan. Biarlah tahun 2o12 menjadi titik balik di mana keluarga kita membulatkan hati untuk hidup takut akan Tuhan!
Manna Sorgawi, 31 Desember 2011