Mewariskan Berulang-ulang

Kejadian 5:22; Ulangan 6:6; 32:7

Semasa kecil, tanggal 31 Desember adalah saat yang sangat dinantikan karena akan segera masuk ke tahun yang baru, di mana kami memakai baju baru dan menikmati makanan yang melimpah. Tahun baru juga biasanya menjadi titik balik bagi anggota keluarga untuk membarui komitmen hidup takut akan Tuhan. Kedua orang tua kami selalu memberi “warisan” lewat nasihat dan firman Tuhan yang mereka sampaikan secara lisan. Pada detik-detik menjelang jam 12 malam berdentang, semua anggota keluarga akan duduk melingkar di tikar. Sebagai imam, ayah akan memimpin persekutuan kecil itu dengan diawali menyanyikan lagu syukur atas penyertaan Tuhan di tahun yang lalu. Setelah itu tiap anak akan mengakui dosa yang diperbuatnya untuk minta dimaafkan, serta berjanji tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Ini dilakukan secara bergiliran, mulai dari si sulung sampai si bungsu. Sesi ini dibanjiri tangis penyesalan. Di akhir ibadah, kedua orang tua akan melepas doa berkat kepada anak-anaknya supaya di tahun yang baru Tuhan meimpahkan kesehatan, kekuatan, dan berkatNya. Bertahun-tahun sudah tradisi di mana orang tua membagikan firman Tuhan secara lisan dan semua itu membekali hidup kami hingga bertumbuh menjadi pribadi yang mengasihi Tuhan. Warisan iman yang diberikan secara lisan oleh orang tua, membuat hidup kami berbeda dengan keluarga yang tidak menekankan rasa takut akan Tuhan kepada anak-anak mereka.

Adam pernah melakukan kesalahan yang fatal karena tidak taat kepada perintah Tuhan untuk tidak memakan buah pengetahuan yang baik dan yang jahat. Kegagalan besar itu tentu memacu Adam untuk mewariskan iman yang benar kepada keturunannya, yaitu sikap hati yang taat terhadap perintahNya. Setelah diusir dari Eden, Adam memakai waktunya untuk mewariskan iman kepada anak cucunya, sampai kepada keturunan yang ke-9, yaitu Lamekh (Adam-Set-Enos-Kenan-Mahalaleel-Yared-Henokh-Metusalah-Lamekh). Umur Adam 930 tahun, dan dia masih hidup 56 tahun lagi setelah Lamekh dilahirkan. Bahkan, Adam berhasil mewariskan iman kepada Henokh sehingga ia hidup intim dengan Tuhan. 300 tahun lamanya Henokh bergaul karib dengan Tuhan. Karena menerima warisan iman inilah Henokh tidak mengalami maut dan diangkat Tuhan ke Sorga pada usia 365 tahun. Ini menunjukkan bahwa Adam mewariskan imannya melalui tradisi lisan yang ditanamkan kepada anak cucunya, ia menekankan pentingnya ketaatan kepada perintah Tuhan.

Warisan iman yang disampaikan orang tua secara lisan dan berulang-ulang kepada anak cucu adalah harta yang sangat berharga. Sepanjang setahun ini sudahkah Anda memberi warisan kekal itu kepada mereka? Jika belum, pada 1 Januari esok sampai seterusnya, mulailah mewariskan iman yang benar tanpa merasa bosan. Biarlah tahun 2o12 menjadi titik balik di mana keluarga kita membulatkan hati  untuk hidup takut akan Tuhan!

Manna Sorgawi, 31 Desember 2011

Play Your Own Game

Yakobus 3:4; 1 Timotius 6:12; 1 Korintus 3:13

Kakek saya sangat suka bermain catur. Setiap waktu senggangnya digunakan untuk bermain catur. Permainan di atas papan hitam putih  ini memang akan membuat kita ingin terus bermain karena menantang, penuh strategi, dan selalu mengasah otak dengan pola pikir yang taktis. Perjuangan hidup kita pun dapat diibaratkan permainan catur.

Jika kita cukup “smart” dalam memainkannya, maka kita bisa menang. Kepintaran untuk melawan Iblis diperoleh dari pengetahuan firman Tuhan. Ketika Yesus dicobai, Ia menaklukkannya dengan perkataan firman. Hal itu terbukti dari pernyataan yang beberapa kali diucapkanNya, “ada tertulis”. Berbeda dengan situasi ketika Iblis mencobai Hawa. Begitu cerdiknya Iblis memutarbalikkan firman Tuhan, sehingga Hawa pun dapat diperdaya olehnya. Jika kita tidak mempunyai pengetahuan yang benar akan kebenaran firman Tuhan, maka Iblis dengan mudahnya memperdaya kita. Untuk itulah, diperlukan kerajinan dan ketekunan untuk mengasah kecerdasan spiritual kita. Saat kita terus melatih otak untuk mencari kebenaran, maka kita pun akan bertindak sesuai kebenaran.

Jika kita terlalu cuek memainkannya, besar kemungkinan kita kalah. Sikap terlalu cuek, masa bodo, tidak peduli, malas berpikir dan berusaha dalam hidup, semua sikap mental tersebut jika terus-menerus dipelihara, membawa pada kondisi kemunduran. Untuk itulah kita harus memaksimalkan semua yang kita miliki dan berusaha melawan kerasnya hidup ini.

Jika kita membiarkan orang lain mendikte kita dalam bermain, maka kita telah membiarkan orang lain mengontrol kita. Jika memang yang terjadi demikian, kita tidak akan mendapatkan poin dan akan kalah dalam hidup ini. Ketika kita mulai menggantungkan hidup kepada orang lain tanpa sedikit pun kontrol yang kita pegang, maka bukan lagi kita yang menentukan masa depan diri sendiri, melainkan orang lain. Hal ini bukan berarti kita harus bekerja seorang diri dan tidak memedulikan komunitas sekitar. Tetapi proses kerja sama dan belajar dari orang lain tetap berjalan sejauh kita juga memegang kendali hidup diri sendiri. Itulah yang dinamakan kita bertanggung jawab atas diri kita sendiri.

Kita yang berperan besar menjalankan pertandingan hidup kita sendiri. Pertanggungjawaban itu bukan sekedar tuntutan, melainkan sebagai bentuk kasih kepada Tuhan. Jika ingin meletakkan kekuatan besar dalam pertandingan kehidupan kita, maka kita harus mengetahui siapa yang bertanggung jawab sepenuhnya dalam hidup kita, itu adalah diri kita sendiri. Hidup ini layaknya sebuah pertandingan yang harus dimenangkan, maka seharusnyalah setiap kita bertanggung jawab penuh dalam proses perjalanan hidup masing-masing kita. Kita yang menentukan seberapa jauh kita melangkah maju, lewat kerja keras, komitmen, dan sikap mental positif yang disertai dengan kuasa Tuhan yang akan memampukan kita untuk menjalani hidup ini. Suatu waktu kelak Tuhan akan menguji setiap perbuatan kita.

Manna Sorgawi, 30 Desember 2011

Kehendak Tuhan Di Atas Lutut

Mazmur 143:10

Berbicara tentang kehendak Tuhan adalah sesuatu yang cukup rumit untuk dimengerti. Sering kali di dalam kehidupan ini kita mempertanyakan kehendak Tuhan atas segala situasi yang sedang kiita hadapi. Apakah kehendak Tuhan saya menikah dengan dia? Apakah kehendak Tuhan saya meninggalkan pekerjaan ini? Apakah kehendak Tuhan saya mengambil keputusan seperti ini?  Apakah segala penderitaan yang saya alami adalah kehendak Tuhan?

Sejujurnya, sering kali kita tidak memiliki jawabannya, terlebih lagi jika pertanyaan ini hanya sampai pada pemikiran dan bukan pada lutut kita. Karena kedagingan kita lebih suka mengandalkan ketajaman pemikiran kita untuk menganalisa sebuah masalah daripada ketajaman roh kita untuk mengerti kehendak Tuhan di atas lutut kita. Mengapa hal ini sampai terjadi? Karena sebagai orang percaya banyak kali kita malas untuk berdoa. Kita hanya mengambil keputusan berdasarkan hikmat pemikiran manusia kita, dan hal ini sering kali membuat Tuhan begitu sibuk menata ulang kembali seluruh rencanaNya bagi kita, karena kita mengambil keputusan yang salah. Mencoba mendapatkan kehendak Tuhan atas segala situasi yang kita hadapi akan membawa roda kehidupan kita melaju di jalan tol menuju rencanaNya bagi kita. Seperti yang dinyatakan ayat di atas. Seharusnya ketajaman pemikiran dan lutut kita menjadi partner yang baik untuk membawa kita mengerti kehendak Tuhan. Namun demikian kita dapat berbangga, karena sebagai Tuhan, Ia tidak pernah kehilangan akal maupun kehabisan jalan untuk membawa segala rencanaNya terlaksana dalam kehidupan orang percaya. Oleh karena itu, marilah kita menjadi rekan kerja Tuhan yang baik untuk menggenapkan seluruh kehendakNya dalam kehidupan kita.

Keingininan Tuhan untuk menyatakan kehendakNya pada kita jauh lebih kuat daripada kehendak kita untuk mengetahui kehendakNya. Tuhan pasti akan menyatakan kehendakNya bagi kita. Jadi bertanyalah padaNya dalam kesungguhan. “Karena mata TUHAN menjelajah seluruh bumi untuk melimpahkan kekuatanNya kepada mereka yang bersungguh hati terhadap Dia.” (2 Taw 16:9a). Kita tidak cukup pandai untuk mengerti Tuhan dengan pikiran kita. Jadi gunakanlah lutut kita untuk membiarkan Dia menyatakan kehendakNya. Paulus berdoa dan berpuasa selama 3 hari 3 malam ketika ia mencari kehendak Tuhan atas segala yang dia alami dalam perjalanannya ke Damsyik (sebuah sinar yang sangat terang, mendengar suara dari langit, dan kebutaan yang dia alami). Lalu Tuhan mengirim Ananias untuk menyatakan kehendak Tuhan dalam kehidupannya. Lutut yang bertelut melahirkan kepekaan roh kita di dalam rohNya (Kis 20:22-23). Tuhan memerlukan jembatan ketekunan untuk menghubungkan doa dan jawaban doa. Tetaplah meminta sampai kita diberi, tetaplah mencari sampai kita mendapat, dan jangan berhenti mengetuk sampai pintu dibukakan!

Manna Sorgawi, 29 Desember 2011

Tidak Mengerti Kata “Tidak”

Keluaran 4:10-12; 2 Korintus 12:7-10

Harvey Phillips adalah seorang anak penderita meningitis atau radang selaput otak. Akibat penyakitnya tersebut, Harvey terpaksa kehilangan sebagian anggota badannya sejak kecil. Kedua kakinya bagian bawah, separuh lengan kanan dan semua jari lengan kirinya diamputasi. Jika melihatnya, maka akan timbul rasa iba kepadanya. Tetapi, justru anak yang sekarang berumur empat tahun itu tidak sedikit pun menampakkan kesedihan. Dia malah menyatakan keinginannya untuk belajar tari balet. Tentu saja ibunya melarangnya. Namun, kemauan yang keras dan semangat yang tinggi membuat orang-orang terdekatnya mengizinkan dia untuk belajar tari balet. Seseorang berkata, “Dia ingin mencoba semua hal. Dia tidak memahami arti kata ‘tidak’.” Harvey belajar berlari, melompat dan berputar dengan setengah kakinya yang dibalut alat yang terbuat dari plastik. Melihat hal ini, Nyonya Phillips pun berkata, “Pada awalnya saya sangat khawatir bahwa dia tidak akan pernah memiliki kualitas kehidupan yang baik. Dia akan selalu tinggal di rumah dan bergantung sepenuhnya kepada saya. Tetapi, Harvey kemauannya kuat. Jika dia ingin melakukan sesuatu, dia akan lakukan itu. Saya bertekad memiliki sikap positif terhadapnya.” Nicky Wright, guru tari balet Harvey terkejut melihat perkembangan anak ini. Dia bersaksi, “Saya pikir kami semua agak khawatir ketika melihat dia mulai belajat tari balet. Kami tahu ini akan menjadi sebuah tantangan. Tetapi, kami menemukan sebuah cara untuk membuat kelebihan dari tarian baletnya, yaitu dengan lebih banyak memainkan peranan leher dan kepalanya. Kami yakin dia setuju. Dia selalu tersenyum ketika harus mengatakan ‘oke’ untuk sesuatu hal.” Sekarang Harvey menjadi lebih mandiri.

Memang tidak mudah untuk memiliki semangat hidup seperti Harvey Phillips. Kadang kekurangan sedikit saja sudha membuat kita putus harapan. Musa pada awalnya menolak panggilan Tuhan dengan alasan fisik. “Lalu kata Musa kepada TUHAN: ‘Ah, Tuhan, aku ini tidak pandai bicara, dahulupun tidak dan sejak Engkau berfirman kepada hamba-Mupun tidak, sebab aku berat mulut dan berat lidah.'” (Kel 4:10). Namun, di hadapan Tuhan, alasan tersebut sama sekali tidak berbobot, sebab Tuhanlah yang menciptakan fisik manusia. Paulus pun mempunyai kekurangan, yaitu adanya ‘duri’ di dalam dagingnya. Dia pun meminta Tuhan menghapuskan kekurangan itu. Baik Musa maupun Paulus akhirnya bisa menerima kekurangannya dan hidup bersemangat dalam memenuhi tuntutan “kariernya”. Karena itu, sepanjang abad orang akan mengenal Musa dan Paulus sebagai orang hebat.

Adalah baik kalau kita menyadari kekurangan kita. Tetapi, menjadi tidak baik kalau kita minder gara-gara kekurangan itu. Kita harus tetap semangat di dalam mengarungi kehidupan ini. Kita harus tetap bergairah ketika melakukan pekerjaan kita. Jadikan kekurangan kita sebagai cambuk untuk hidup lebih maju.

Manna Sorgawi, 28 Desember 2011

Kebugaran Rohani

Kisah Para Rasul 16:6-10

Selain negeri Belanda, kincir angin juga menjadi simbol dari negara bagian Illinois, USA. Setiap wilayah pertanian di negara bagian tersebut memiliki kincir angin. Sebanyak 44 kincir angin sudah didirikan di Illinois. Namun, jumlah tersebut semakin berkurang karena beberapa kincir angin sudah hancur diterjang badai tornado. Kincir angin berguna untuk menggerakan mesin pemompa air, guna keperluan pertanian. Oleh sebab itu, untuk bisa tetap berguna, harus dipastikan bahwa setiap bagian dari kincir angin berfungsi dengan baik. Baling-baling menjadi bagian paling vital, karena bagian inilah yang berfungsi untuk menangkap angin. Kadang-kadang yang datang angin kencang, kadang-kadang hanya angin sepoi-sepoi. Tetapi, jika baling-baling tersebut tetap dalam kondisi “fit”, maka sepoi-sepoi itu pun bisa ditangkap. Di sinilah letak kepentingan maintenance dan repair untuk sebuah kincir angin.

Angin bisa menjadi gambaran bagi Pribadi Roh Kudus, sedangkan kincir angin bisa menjadi gambaran bagi orang percaya. Sering kita tidak bisa menangkap suara Roh Kudus dan tidak bisa merasakan kuasaNya. Itu karena rohani kita dalam kondisi yang tidak baik. Sangat mungkin hal itu terjadi karena kita tidak merawatnya dengan baik. Beberapa tokoh PL pernah tidak merawat rohaninya dengan baik sehingga mereka melakukan kesalahan fatal. Mereka tidak bisa mendengar suara Roh Kudus, tetapi malah mendengar suara orang fasik atau kedagingannya. Salomo adalah salah satu contohnya. Dia tidak menjaga keseriusan hubungannya dengan Tuhan. Akibatnya, dia lebih mendengar suara para istrinya daripada suara Roh Kudus. Akhirnya hatinya pun condong kepada berhala. Dia pun tidak mempunyai kekuatan apa-apa ketika muncul pemberontakan. Contoh yang lain adalah Simson dan Saul. Yang berbeda dengan mereka adalah Paulus. Sejak mengenal Yesus, Paulus selalu menjaga kebugaran rohaninya sehingga dia sanggup mendengar suara Roh Kudus. Ada beberapa hal yang harus dilakukan supaya rohani kita tetap dalam keadaan bugar, yaitu:
Membaca firman Tuhan. Firman Tuhan membuat rohani kita bertumbuh. Di samping itu, firman Tuhan juga membuat kita terhindar dari melakukan tindakan kefasikan.
Menyediakan waktu untuk berdoa. Paulus menasihati, “Tetaplah berdoa.” Ini karena doa yang dinaikkan secara konsisten akan memperkuat hubungan dengan Tuhan.
Menaikkan pujian bagi Tuhan. Memuji Tuhan juga akan menjaga hubungan kita denganNya. Di samping itu, juga akan membuat hati kita bersukacita.

Dengan rohani yang bugar, kita akan sanggup mendengar bisikan Roh Kudus. Itu akan membuat kita berkata dan bertindak benar. Dalam kondisi seperti itu, tanpa kita minta pun kuasa Tuhan akan melingkupi kita. Kuasa kegelapan tidak akan sanggup menghadapi kita. Kesaksian kita menjadi efektif, pelayanan kita pun akan memberkati banyak orang.

Manna Sorgawi, 27 Desember 2011

Bertindak di Luar Kotak

1 Timotius 4:13-15; Kejadian 12:1, 7; 17:4

Alkisah ada seorang anak yang namanya Chin Mi, belajar kung fu di kuil Dairin. Setelah tekun belajar, dia jadi jagoan di kuil itu dan sekitarnya. Tiba-tiba datang seorang anak lain, Sie Fan, yang juga belajar kung fu ala kuil Dairin. Umur sama, jurus sama, lama berlatih sama. Tapi kung fu Sie Fan jauh di atas Chin Mi. Kekuatannya, kecepatannya semua lebih unggul. Sang guru pun bingung mengapa kedua anak ini berbeda. Setelah ditanya oleh sang guru, ternyata Sie Fan berlatih di luar kuil, bertemu dengan berbagai tantangan yang tidak dapat ditemukan di dalam kuil. Pengalaman di luar “kotak” kuil Dairin memungkinkan dia berkembang maju dengan cara yang berbeda.

Setiap kita juga bisa memiliki perkembangan dalam hidup, jika memiliki cara pandang yang berbeda dari biasanya, dan bertindak di luar kotak. Edward de Bono berkata, “Anda tidak bisa mendapatkan lubang yang berbeda dengan menggali lebih, dalam lubang yang sama.” Ini berarti bahwa kita tidak akan menemukan hal baru, yaitu hal-hal yang tidak pernah kita temui dan alami sebelumnya, jika kita masih berada pada cara pemikiran yang sama. Jika kita berani mengambil keputusan untuk keluar dari kotak dan zona nyaman kita, barulah hal-hal baru, inovasi, pengalaman, dan keberhasilan baru yang tidak pernah kita bayangkan bisa menghampiri kita. Berpikir di luar kotak berarti menghilangkan penilaian yang telah kita batasi dengan pemikiran kita sendiri, dan juga melawan kecenderungan kita yang ingin selalu nyaman. Abraham adalah salah satu contoh orang yang bertindak di luar kotak. Karena imannya, ia berani bertindak mengambil langkah untuk keluar dari zona nyaman. Ketika Tuhan menyuruhnya untuk meninggalkan kota beserta sanak keluarganya, ia menuruti perintah tersebut, walaupun itu bukan suatu hal yang mudah. Zona nyaman terkadang akan membuat kita enggan untuk mengambil tindakan. Namun Abraham berani melangkah sesuai dengan firmanNya. Tindakan inilah yang menjadikannya “bapa orang percaya”.

Merencanakan tujuan-tujuan hidup yang sesuai dengan kehendak Tuhan dan yang dirancang untuk kemuliaan Tuhan adalah hal yang menyenangkan bagi Tuhan. Untuk itu diperlukan cara berpikir yang kreatif dan tindakan yang proaktif agar mampu bertindak di luar kotak. Jikalau pada umumnya orang menunggu kesempatan datang kepada mereka, tetapi orang yang proaktif akan memiliki inisiatif dan daya juang yang tinggi, semangat, kuat, pintar, dan sergap untuk mencari dan mengejar kesempatan. Berani mencoba segala sesuatu tanpa harus melanggar prinsip kebenaran. Jadilah orang yang senantiasa memaksimalkan kemampuan yang Tuhan anugerahkan. Banyak belajar dalam kehidupan, banyak menambah wawasan. Dengan demikian hidup kita akan menjadi lebih maju dari biasanya. Janganlah kesulitan hidup membatasi pikiran kita dan menghambat kuasa Tuhan dinyatakan di dalam hidup kita. Percaya dan bertindaklah sesuai janjiNya!

Manna Sorgawi, 26 Desember 2011

Tuhan, Dengarlah Harapanku

1 Yohanes 4:11, 19

Selembar koran tercecer di depan rumahku. Di salah satu halaman koran tersebut tertera tulisan yang cukup besar, “Selamat Natal, Semoga Harapanmu Menjadi Kenyataan”. Setelah kuperhatikan, ternyata halaman itu memang khusus disediakan bagi mereka yang hendak menuliskan harapannya di sana. Tulisan-tulisan tersebut tentunya tidak hanya sekedar tulisan, melainkan juga sekaligus merupakan doa yang dipanjatkan kepada Tuhan. Banyak harapan yang dituliskan, tapi di antara semua tulisan, ada satu tulisan yang paling menarik hatiku.

Tulisan itu berasal dari seorang remaja yang menuliskan demikian, “Tuhan, aku sering mendengar tentang Engkau, namun aku tidak pernah melihatMu, apalagi mengenalMu. Aku mendengar orang-orang mengatakan bahwa malam ini Engkau datang dan menjelma menjadi manusia sehingga Engkau bisa merasakan apa yang dirasakan oleh manusia. Mereka juga berkata bahwa kedatanganMu akan membawa sukacita dan Engkau akan mendengar setiap permohonan. Tuhan, jika itu benar, dengarkanlah harapan dan permohonanku. Aku ingin memiliki ayah. Aku sudah lama mengharapkan ini, tapi aku belum mendapatkannya. Di rumah aku hidup bersama ibu dan seorang laki-laki yang seharusnya bisa kupanggil ayah. Tetapi aku tidak pernah mendapatkan kasih sayang seorang ayah darinya. Yang ada hanyalah tatapan kebencian setiap kali ia melihatku, dan ia hampir tidak pernah menyapaku. Ia memang membiayai hidup ibu dan aku, tetapi aku harus membayar semua itu dengan cercaan, aniaya, dan air mata. Aku tahu ia tidak menginginkanku, karena aku anak tiri. Tuhan, lihatlah hatiku betapa aku sangat mendambakan kasih sayang seorang ayah. Aku membutuhkan ayah yang mengasihiku dengan tulus.”

Aku dapat merasakan penderitaan batin yang dirasakan oleh si penulis harapan tersebut, karena aku pun mempunyai ayah tiri. Walaupun banyak ayah tiri yang berhati mulia dan mengasihi anak tirinya seperti anak kandung, namun pengalamanku sama dengan si penulis harapan di atas. Aku tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ayah, tapi aku terus menjalani hidupku. Hingga akhirnya ayah tiriku menjadi tua dan tak berdaya. Dulu aku berjuang dan berharap untuk mendapatkan kasih sayangnya, walau aku tidak mendapatkannya. Di masa tuanya aku berjuang untuk bisa mengasihinya. Aku tidak benci ataupun dendam padanya. Semua ini bisa kulakukan karena aku sudah terlebih dahulu mengenal kasih Bapa sorgawi yang dinyatakan melalui kedatangan anakNya Yesus Kristus.

Bagi kita yang saat ini begitu mendambakan kasih sayang seorang bapa, ingatlah bahwa kita mempunyai Bapa di Sorga yang mengasihi kita tanpa syarat. Ia telah menyatakan kasihNya dengan mengutus Sang Putra Yesus Kristus agar kita bisa datang kepada Bapa. Kini giliran kita untuk mengasihi dan memberikan pengampunan kepada sesama.

Manna Sorgawi, 25 Desember 2011

Sehari Tanpa Celaan

Lukas 2:4-7; Roma 8:17

Hampir tiada hari yang dijalani Amy Hagadorn tanpa menerima cela dari teman-teman sekolahnya. Kalau tidak kata-kata celaan, teman-temannya akan meniru Amy yang berjalan pincang karena mengidap celebral palsy. Setiap hari Amy bergumul dengan intimidasi dari teman-temannya. Walaupun di dalam kelas penuh dengan anak-anak, tapi ejekan-ejekan itu selalu membuat Amy merasa sendirian.

Waktu makan malam, ayahnya yang melihat Amy tertekan mencoba menghangatkan suasana hati putrinya yang dingin dengan sebuah berita, “Di sebuah stasiun radio ada perlombaan membuat permohonan di hari Natal. Amy, cobalah menulis surat ke sana, siapa tahu kau memenangkannya.” Amy terlihat bersukacita ketika mendengar hal itu. Usai makan malam ia segera menulis keinginannya. Semua anggota keluarga mencoba menebak permohonan Amy, beberapa mengira bahwa yang paling diinginkan Amy adalah boneka barbie setinggi satu meter. Namun, Amy merahasiakan permohonan Natalnya.

Ribuan surat masuk ke radio WJLT, stasiun yang mengadakan lomba permohonan Natal. Para karyawan stasiun radio itu bekerja keras membaca permohonan-permohonan yang diinginkan oleh anak laki-laki dan perempuan dari seluruh kota. Manajer Lee Tobin terharu saat membaca surat Amy yang berbunyi, “Nama saya Amy. Saya berusia sembilan tahun. Saya mempunyai masalah di sekolah, dapatkah Anda menolong saya? Anak-anak menertawakan saya karena cara saya berjalan, berlari, dan bicara. Saya menderita cerebral palsy. Saya hanya meminta satu hari untuk dilewati tanpa ada orang yang menertawakan atau mengejek saya. Sayang selalu, Amy.” Hati Manajer Lee Tobin tersentuh oleh keinginan Amy, ia tahu celebral palsy adalah kelainan otot yang tampak aneh bagi teman-teman sekolah Amy. Manajer Lee Tobin kemudian menelepon redaksi koran lokal yang keesokan harinya memuat foto Amy dan permohonannya. Suatu siang, tukang pos singgah membawa amplop berbagai ukuran yang dialamatkan kepada Amy. Surat itu datang dari anak-anak dan orang dewasa dari seluruh negeri. Lebih dari 2.000 orang mengirimkan surat persahabatan dan dukungan kepada Amy, tiap penulis mempunyai pesan khusus baginya. Di sekolahnya, para guru dan murid berdiskusi tentang bagaimana perasaan orang yang diejek. Bahkan, Walikota Fort Wayne menyatakan 21 Desember sebagai Hari Amy Jo Hagadorn. Permohonan Amy “sehari tanpa celaan” kini terpenuhi! Penerimaan adalah hadiah terindah bagi Amy.

Natal selalu berbicara tentang hadiah Bapa yang memberikan Yesus sebagai hadiah terindah bagi manusia yang berdosa. Yesus yang mulia lahir dalam kesederhanaan di kandang domba dan mati dipermalukan di atas kayu salib, supaya kelak setiap umat tebusanNya tidak akan dipermalukan tetapi dipermuliakan. Maknailah Natal sebagai momen di mana kita kembali mensyukuri betapa lebar dan dalamnya kasih Bapa sorgawi bagi kita!

Manna Sorgawi, 24 Desember 2011

Ketika Keadaan Berubah

Mazmur 46:2-3; 1 Tesalonika 5:18

Suasana salah satu ruang perawatan pasien pagi itu mendadak tidak nyaman. “Makanan apa ini? Daging sekeras ini apa bisa dimakan? Seperti makanan bebek saja. Ruangannya panas lagi … ruang kelas dua apaan seperti ini. Pindahkan saya cepat dari sini,” desak wanita yang sudah berambut putih tersebut pada seorang anak laki-lakinya. “Ah Mama seperti anak kecil saja,” jawab anaknya. Sore itu juga ia pindah ke ruangan lain yang menurutnya lebih nyaman. Lain lagi dengan seorang oma yang berbaring persis di sebelah tempat tidur saya. Belum terlampau tua, namun saya menyebutnya oma karena ia sudah memiliki banyak cucu. Dari kisahnya, oma ini juga menikmati berbagai fasilitas mewah ketika masih muda, karena suaminya memiliki jabatan penting. Anak-anaknya pun hampir semuanya berhasil, bahkan ia sudah sering mengunjungi negara-negara lain bukan hanya di Asia, tetapi juga Eropa. Namun saya melihat bahwa oma yang satu ini tidak pernah mengeluh, ia bersukacita dan menerima kenyataan yang harus ia alami tanpa banyak menuntut kepada siapa pun termasuk anak-anaknya.

Mereka adalah dua orang oma dengan sifat yang sangat bertolak belakang. Oma yang pertama ketika masih usia produktif adalah seorang wanita yang mempunyai jabatan di salah satu bank swasta. Sebagai orang yang mempunyai kedudukan penting, tentulah ia sudah terbiasa dengan kehidupan yang enak, biasa dihormati dan dilayani. Mungkin itulah yang menyebabkan ia kurang bisa menerima keadaan yang tidak sesuai dengan standarnya. Ia hampir selalu protes dalam banyak hal: pelayanan rumah sakit, ruangan, makanan, bahkan terhadap anak-anaknya pun ia protes. Tetapi oma yang di sebelah saya sekalipun ia juga dulunya pernah berjaya dan berkecukupan di masa tuanya, namun ia terlihat lebih bersyukur dan tidak banyak menuntut. Wajahnya selalu nampak ceria tanpa sungut-sungut.

Adalah bijak jika kita selalu mempersiapkan diri untuk menghadapi berbagai macam perubahan dalam hidup ini. Firman Tuhan berkata bahwa tidak ada yang kekal di dunia. Mungkin saja hari ini usaha kita lancar, besok mengalami hambatan. Hari ini kita dapat menikmati uang yang cukup dan berbagai fasilitas, besok kehilangan semuanya. Hari ini kita memerintah, besok diperintah. Atau sebaliknya, hari ini diperintah, besok memerintah.

Banyak perubahan yang bisa terjadi tanpa kita bisa memprediksinya. Karena itu, kita patut bersyukur ketika menerima anugerah yang Tuhan berikan berupa keadaan yang menyenangkan. Namun, kita juga harus tetap bersyukur ketika Tuhan mengizinkan sebuah perubahan yang tidak kita harapkan terjadi. Sebagai orang percaya, kita perlu belajar untuk mengucap syukur dalam segala hal, termasuk ketika kita dalam kesulitan.

Suka dan duka akan datang silih berganti, tetapi sekalipun bumi berubah dan gunung bergoncang ke dalam laut, Tuhan tetaplah perlindungan kita, maka bersyukurlah!

Manna Sorgawi, 23 Desember 2011

Rumah Doa

Ratapan 3:55

Berlutut di hadapan Tuhan, tidaklah hanya berbicara tentang sikap doa, tetapi juga sikap hati di mana kita mencari Tuhan. Doa adalah hal yang dapat dilakukan oleh siapa pun juga, dan mengandung kuasa yang besar. Dr. Charles Stanley dalam bukunya “Landmines in The Path of The Believer” (Ranjau yang tersembunyi di balik jalan orang percaya) menyatakan, “Kita berdiri makin tinggi dan kuat di atas lutut kita.” Buku ini menceritakan tentang keadaan di mana dia mengalami saat-saat yang begitu gelap dan putus asa, dia terbangun di tengah malam dan duduk di sisi tempat tidurnya dan berdoa. Ia menyerahkan seluruh persoalannya kepada Tuhan, dan kemudian meminta Tuhan menolong dia untuk dapat tidur kembali. Pada saat ia terombang-ambing dan putus asa, dia belajar satu hal yang sangat penting yaitu, “Jika saya tetap fokus pada Tuhan, saya akan memperoleh pertolongan, kekuatan, dan kemampuan untuk melewatinya, sekalipun dunia di sekeliling saya nampaknya akan runtuh.”

Doa akan menolong kita fokus pada Tuhan. Malas berdoa membuat kita terfokus pada keadaan kita. Seperti yang Yesus nyatakan, “Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan. Roh memang penurut tetapi daging lemah.” Kekuatan kita terletak di dalam doa, tetapi banyak kali kita mengabaikan doa. Kita memiliki banyak waktu untuk mendengar khotbah-khotbah, seminar-seminar, bahkan kesaksian-kesaksian tentang pentingnya doa. Namun kita tidak memiliki waktu untuk dapat berdoa. Bila kita menabung waktu dalam doa, maka kita sedang menanamkan kuasa yang besar dalam hidup ini.

Sesungguhnya yang menjadi persoalan bagi orang percaya bukanlah karena kekurangan pengetahuan tentang doa, tetapi karena sikap malas berdoa. Bagaimana kita dapat membuang sikap malas berdoa? Dengan mengakui di hadapan Tuhan akan kemalasan kita dan meminta kepada Tuhan agar memberikan hati dan jiwa yang haus kepada Tuhan. Kita harus menyadari dalam diri kita, tidak ada satu pun yang baik dan mencari Tuhan (Rm 3:11). Sehingga inilah hukum yang berlaku dalam diri kita, “Jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku.” (Rm 7:21). Bukankah kita menyetujui kebenaran ini. Bukankah kita merasakan betapa sulitnya untuk berdoa sekalipun keinginan untuk berdoa selalu ada? Jadi, mintalah kepada Tuhan agar cinta untuk rumah dan hadiratNya menghanguskan kita. Pahamilah prinsip kebenaran tentang “RumahKu adalah rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun.” Yesus memberikan pernyataan ini ketika Dia sedang menunggang-balikkan segala kesibukan yang ada di rumah Tuhan. Kesibukan dalam kehidupan telah membuat kita mengabaikan doa. Kita kehilangan poin penting dari kehidupan kekristenan, dan menempatkannya pada urutan ke sekian. Sadarilah bahwa doa menjadi basis utama dari segala berkat-berkat Tuhan yang telah disediakanNya.

Manna Sorgawi, 22 Desember 2011