Sindrom Stockholm

Yohanes 8:44

 Tanggal 28 Agustus 1973, terjadi sebuah perampokan bank yang disertai penyanderaan di Stockholm, Swedia. Selama enam hari, penjahat menyandera empat korban dan mengikatkan bom pada tubuh mereka. Anehnya, setelah drama penyanderaan berakhir, para korban menunjukkan sikap yang berbeda. Padahal, mereka baru saja dilepaskan dari ancaman dan siksaan dari penyanderanya. Kepada media, para korban justru menunjukkan dukungannya kepada para penyandera. Korban merasa bahwa penyandera sebenarnya justru melindungi mereka dari polisi. Aneh bin ajaib, salah satu dari korban perempuan itu bahkan akhirnya bertunangan dengan salah satu penyandera.

Tanpa disadari, korban ternyata telah menjalin ikatan emosional dengan penyanderanya. Dari sini muncul istilah “Sindrom Stockholm” yang pertama kali dicetuskan kriminolog dan psikiater Nils Bejerot, yang kala itu juga ikut membantu polisi, yakni sebuah kondisi psikologis dimana korban merasa simpati terhadap penjahat yang menyandera atau menculiknya. Sindrom Stockholm ditandai dengan ciri, korban memiliki perasaan positif serta mendukung perilaku pelaku. Sebaliknya, ia memiliki perasaan negatif terhadap keluarga atau teman yang mencoba menolongnya.

Semua orang Kristen tahu bahwa Iblis adalah bapa dari segala kejahatan. Setiap hari kita diingatkan untuk selalu waspada atas pekerjaan si Iblis. Namun faktanya, banyak orang Kristen masih jatuh-bangun di dalam dosa. Seberapa sering kita lihat, jemaat justru membenci pendetanya yang mengingatkan dia akan dosa yang ia perbuat. Padahal sang hamba Tuhan hanyalah ingin menyelamatkan si jemaat dari cengkeraman Iblis.

Meski tahu bahwa Tuhan sangat membenci dosa, namun banyak orang Kristen seperti tidak memiliki kekuatan untuk mematahkan kuasa si Iblis. Benarlah apa yang dikatakan Rm 7:19, “Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat.”

Iblis adalah bapa pendusta, ia menyamar sebagai malaikat Terang. Tanpa kekuatan dari Tuhan, kita tidak mampu mendeteksi pekerjaan Iblis dengan cara-caranya yang menyesatkan. Iblis sering memelintir firman Tuhan sehingga orang yang tidak memiliki kepekaan rohani bisa dengan mudah terperangkap di dalam dosa. Mustahil mengalahkan Iblis dengan menggunakan kekuatan sendiri, karena sekadar niat saja tidaklah cukup. Kepada semua orang percaya, Tuhan memberi perintah untuk mengenakan seluruh perlengkapan senjata Tuhan.

Hidup adalah pilihan. Jika kita memilih untuk menyenangkan Tuhan, kita harus berani memisahkan diri dari cara hidup dunia. Barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Tuhan. Buatlah keputusan yang benar hari ini, cintailah Tuhan dan bencilah kejahatan.

=============================================================

Galilah sumur sebelum Anda haus. – Peribahasa Tiongkok

Awal Dari Pertumbuhan

Ulangan 31:6; Yosua 1:8-9

Seorang psikolog anak mengatakan, bahwa masa remaja diakhiri pada usia 19-22 tahun. Usia remaja terbagi menjadi tiga masa, yaitu remaja awal, remaja pertengahan, dan remaja akhir. Masa remaja merupakan masa dimana mereka mengalami transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa atau disebut juga sebagai masa peralihan. Oleh karena itu, lumrah jika mereka masih memiliki jiwa yang labil atau sangat mudah mengalami perubahan pola pikir dan perasaan. Mereka akan mengalami perubahan pola pikir dalam hal-hal tertentu, khususnya dalam hal prinsip, seperti menganut sebuah kepercayaan agama. Kesadaran iman percaya pada masa remaja juga berada dalam keadaan peralihan dari kehidupan beragama anak-anak menuju kemantapan beragama. Bagi remaja, agama atau kepercayaan memiliki arti yang sama dengan moral yang telah mereka pelajari dan pahami. Sedangkan pada masa anak-anak, mereka berpikiran bahwa Tuhan merupakan simbolik, di dalam bayangan mereka Tuhan itu Pribadi yang keberadaanNya di awan. Pada masa remaja, mereka berusaha mencari pemahaman yang lebih pasti dan jelas tentang siapa dan bagaimana Tuhan serta keberadaanNya. Perkembangan pemahaman remaja terhadap keyakinan agama sangat dipengaruhi oleh perkembangan kognitifnya atau berdasarkan pada sesuatu yang terlihat nyata dan apa yang telah dialami.

Menurut penelitian, ada 3 tanggapan remaja terhadap hal iman kepercayaan. Pertama, percaya karena ikut-ikutan. Biasanya mereka dapat dari didikan secara praktis melalui keluarga dan lingkungannya. Kedua, percaya karena kesadaran sendiri. Mereka mulai memiliki dorongan dalam memahami kepercayaan yang dianut, khususnya yang sudha mereka terima sejak kecil. Sehingga, mereka menjalankan kepercayaan mereka sebagai suatu kesempatan untuk menyesuaikan kepribadian mereka dengan ajaran kepercayaan mereka. Ketiga, percaya namun agak ragu. Keraguan ini bisa diakibatkan karena jiwa yang masih labil. Bisa juga karena adanya kontradiksi pada kenyataan yang dilihat dengan apa yang telah dipahami. Misalnya, mereka telah mempelajari tentang kasih dan pengampunan, namun pada kenyataannya mereka masih menemukan orang-orang Kristen yang tidak mau saling mengampuni.

Pemahaman iman percaya anak-anak kita harus terus dipertajam. Khususnya bagi orang tua atau pembina rohani, sebaiknya terus memberikan pendidikan serta pendampingan iman Kristen yang baik dan benar. Karena usia remaja merupakan usia yang cukup mudah untuk membentuk pemikiran mereka. Bukan hanya tugas pembina rohani saja, namun yang lebih berpengaruh adalah pembentukan di dalam keluarga inti. Kekuatan dasar iman mereka ketika mereka dewasa nanti, itu sangat dipengaruhi dari apa yang telah mereka pahami sejak mereka masih kecil.

=============================================================

Bersikap baiklah kepada orang-orang yang Anda temui pada saat naik. Sebab, mereka adalah orang-orang yang sama akan Anda temui dalam perjalanan ke bawah. – Walter Winchell

Jangan Menjadi Antisosial

Kejadian 1:28; Amsal 1:5

Albert Einstein adalah salah satu orang yang berpengaruh dalam bidang teknologi. Namun, siapa sangka Albert Einstein mempunyai ketakutan dalam perkembangan teknologi. Sebuah ungkapan yang pernah ia ucapkan, yaitu, “I fear the day technology will surpass our human interaction. The world will have a generation of idiots.” Artinya, “Saya takut pada hari dimana teknologi akan melampaui interaksi manusia. Dunia akan memiliki generasi idiot.” Teknologi di dunia saat ini memang berkembang sangat pesat. Teknologi komunikasi dan informasi telah memberikan pengaruh yang besar dalam kehidupan di masyarakat, karena semua informasi dapat diakses kapan pun dan di mana pun tanpa ada batasan ruang dan waktu melalui media-media elektronik canggi yang sudah tersedia di depan mata. Namun, hal itu mengakibatkan orang-orang yang ada di dunia cenderung menjadi manusia yang antisosial. Antisosial bukan sama sekali tidak mau bergaul dengan orang di sekitarnya, namun lebih memfokuskan diri kepada teknologi yang ada di hadapannya. Mereka menjadi tidak peka terhadap keberadaan orang-orang di sekitarnya, karena lebih banyak menghabiskan waktunya dengan dunia teknologinya sendiri. Misalnya saja beberapa contoh fasilitas dari dunia teknologi, yaitu computer, smartphone, tablet, dan sebagainya.

Apa yang ditakuti Einstein, kini sedang terjadi! Kita memang tidak bisa melepaskan hidup kita dari ilmu pengetahuan dan teknologi, karena manusia diberikan akal budi oleh Tuhan untuk mengembangkannya. Di Ams 1:5, Tuhan menghendaki agar kita mengembangkan ilmu pengetahuan di dalam kehidupan, termasuk pengetahuan teknologi. Namun, Tuhan juga menghendaki supaya kita bijak dan lebih memiliki pengertian benar dalam menghadapi ilmu pengetahuan yang ada. Ilmu dan pengertian yang kita dapat haruslah dimanfaatkan sebagai sarana bagi kemuliaan nama Tuhan dan bagi kesejahteraan orang-orang di sekitar kita, sebagai wujud rasa syukur atas akal budi, kepandaian, dan talenta yang dianugerahkanNya bagi kita. Tuhan tidak pernah melarang manusia untuk menggunakan barang teknologi. Namun pada saat kita menggunakannya, jangan sampai menimbulkan ketidaksejahteraan serta jarak pemisah bagi sesama kita, apalagi mengabaikan tugas dan tanggung jawab kita.

Dalam Kej 1:28, Tuhan berpesan agar kita sebagai manusia menaklukkan dan berkuasa atas bumi dan isinya. Bukan atas binatang atau ciptaan Tuhan lainnya saja kita berkuasa, namun juga berhubungan dengan ilmu pengetahuan yang telah Tuhan sediakan. Dan berkuasa yang dimaksud adalah supaya manusia tidak takluk kepada ilmu pengetahuan yang ada, namun justru harus manusialah yang menundukkannya dengan cara memanfaatkan dengan tujuan positif bagi kelangsungan hidup manusia. Inilah yang dimaksud dengan bijaksana dalam menyikapi atau menggunakan pengetahuan yang ada, termasuk teknologi.

=============================================================

Aku takut perubahan sampai aku menyadari bahwa kupu-kupu yang indah itu pun hasil dari perubahan. – Bobbete Bryan

Seminggu Bersama Yokhebed – Hari 7 Orang Tua yang Hebat

Amsal 1:8-9; 19:20; 29:17

Manusia adalah makhluk sosial yang hidupnya saling membutuhkan satu sama lain. Tidak ada seorang pun yang dapat hidup di dunia ini, tanpa pertolongan orang lain, termasuk di dalam mencapai kesuksesan. Di balik kesuksesan seseorang, pastinya ada orang yang turut berperan serta di dalam pencapaian kesuksesan tersebut. Jadi, sangat sombong jika ada orang yang mengaku bahwa kesuksesan yang dimilikinya adalah hasil dari kerja kerasnya sendiri tanpa melibatkan orang lain. Di dalam kesuksesan seseorang, orang tua memegang peranan penting di dalamnya. Ada istilah yang mengatakan bahwa, “Di balik kesuksesan seorang anak, ada orang tua yang hebat.”

Salah satu orang tua yang hebat di dunia ini adalah Yokhebed. Berkat teladan hidupnya, ia telah melahirkan anak-anak yang sukses dan berpengaruh di dunia. Anak-anak Yokhebed tidak hanya diakui oleh dunia, tetapi juga diakui oleh Tuhan. Berawal dari Musa, seorang pemimpin yang berjasa besar bagi bangsa Israel. Secara khusus ia dipilih oleh Tuhan untuk membebaskan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir. Kemudian Harun, kakak Musa. Awalnya, Harun diperintahkan Tuhan untuk menjadi juru bicara yang akan mendampingi Musa menghadap Firaun, guna membebaskan bangsa Israel dari Mesir. Kemudian setelah itu, Harun mendapat kepercayaan yang lebih besar, yaitu dipilih menjadi pemimpin rohani untuk bangsa itu. Harun adalah toko kedua setelah Musa, yang juga berjasa besar di dalam pembebasan Israel dari tanah Mesir. Selama hidupnya, ia telah menunjukkan pengabdian yang tulus dan ikhlas di dalam mengerjakan tugas-tugasnya sebagai imam. Terakhir adalah Miryam, anak pertama yang lahir bagi Amram dan Yokhebed. Sejak kecil, ia telah berjasa besar bagi Israel, karena ia turut berperan serta di dalam penyelamatan adiknya, Musa. Di dalam Kitab Keluaran, Miryam disebut sebagai nabiah atau nabi perempuan. Sedangkan di dalam Kitab Mikha, Miryam disebut sebagai salah satu pemimpin yang juga memiliki peran yang dianggap sama pentingnya dengan saudara laki-lakinya.

Diakui atau tidak, hidup kita yang berguna seperti saat ini, semua berkat jasa orang tua. Orang tua selalu mendoakan dan mengusahakan segala sesuatu untuk mendongkrak kesuksesan anak-anaknya. Dimulai dari pendidikan di dalam keluarga, di mana orang tua mengajarkan sopan santun, etika, moral, akhlak, dll. Saat ini mungkin kita menjadi seorang pengusaha, dapat menyelesaikan sekolah sampai tingkat tertinggi, menggunakan bahasa-bahasa intelektual, bergaul dengan orang-orang berpengaruh, dan mungkin masih banyak lagi. Ingat, itu semua karena kita memiliki orang tua yang hebat, yang senantiasa mengajarkan kita hal-hal terkecil hingga terbesar dan yang telah menjadi panutan kita dalam hidup ini. Kelak kita pun dapat menjadi orang tua yang hebat bagi anak-anak kita, dengan memberikan teladan yang dahulu pernah kita lihat dari orang tua kita.

=============================================================

Makna hidup adalah untuk menemukan bakat Anda. Tujuan hidup adalah untuk memberikannya. – Anonim

Seminggu Bersama Yokhebed – Hari 6 Mewariskan Iman

1 Timotius 1:5

Saya yakin bahwa semua orang tua tentu sangat ingin mewariskan sesuatu yang berguna dan berharga di dunia ini untuk anak-anaknya, entah itu berupa harta benda ataupun pendidikan yang baik. Yang jelas semuanya itu kelak diharapkan dapat menjadi bekal untuk anak-anak mereka. Jadi, tidak heran jika banyak orang tua yang bekerja mati-matian membanting tulang untuk mempersiapkan warisan tersebut. Tidak dapat dimungkiri bahwa harta dan pendidikan yang baik adalah bekal yang berguna dan berharga bagi anak-anak kita kelak. Akan tetapi, ada satu hal yang tidak kalah pentingnya, yang tidak boleh terlupakan atau terabaikan, yaitu mewariskan iman percaya kita kepada mereka. Sebagai orang percaya, mewariskan iman kepada anak-anak kita adalah prioritas utama yang harus diperhatikan. Sebab, hanya melalui imanlah, anak-anak kita akan hidup menjadi pribadi yang berguna dan berharga.

Mengenal hal ini, telah banyak bukti yang bisa kita lihat, salah satu contohnya adalah kehidupan Musa. Nama Musa telah terukir di dalam sejarah. Ia adalah salah satu pelopor iman dan jasanya pun telah dikenal oleh dunia. Dengan imannya, ia telah membebaskan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir, ia membelah Laut Teberau, dan ia berhasil memimpin bangsa yang besar. Dalam hal ini, Amram dan Yokhebed selaku orang tua dari Musa, benar-benar berhasil meletakkan dasar iman di dalam diri Musa, sehingga Musa juga mewarisi iman yang sama dengan mereka.

Mewariskan iman memang bukan perkara mudah. Seperti perhiasan, semakin rumit pembuatannya dan semakin baik kualitasnya, maka harga jualnya pun akan semakin mahal. Demikian halnya dengan iman yang ingin kta wariskan kepada anak-anak kita. Bila besar harapan kita untuk mewariskan iman yang murni kepada mereka, maka harus besar juga usaha kita untuk membuat iman itu bertumbuh di dalam hati mereka. Perkenalkanlah Tuhan setiap saat kepada mereka. Janganlah jemu, apalagi lalai memperdengarkan firman Tuhan, sebab melalui pendengaran akan firman Tuhan, iman akan timbul di dalam hati mereka (Rm 10:17). Sebagaimana Yokhebed juga telah melakukan hal yang sama. Walau cuma sesaat merawat Musa, tetapi ia memanfaatkan waktu yang singkat itu untuk memperdengarkan firman Tuhan kepada anaknya, seperti kebiasaan nenek moyangnya. Selain memperdengarkan firman Tuhan, kita pun harus bisa menjadi pelaku firman di hadapan anak-anak kita. Dan, tentu ini juga yang dilakukan Yokhebed di hadapan Musa. Disadari atau tidak, anak-anak sangat senang meniru apa pun yang dilakukan oleh orang tuanya. Untuk hal ini, mintalah pertolongan Roh Kudus agar memampukan kita dalam menerapkan firman Tuhan di dalam kehidupan sehari-hari. Jika kita berhasil menerapkan hal-hal tersebut di atas, bisa dipastikan kelak iman kita akan diwarisi oleh anak-anak kita.

=============================================================

Tenanglah seperti sebuah gunung, dan mengalirlah seperti sungai besar. – Anonim

Seminggu Bersama Yokhebed – Hari 5 Orang Tua yang Bertanggung Jawab

Keluaran 2:10; Amsal 22:6

 Yokhebed adalah seorang wanita yang telah melahirkan Miryam, Harun, dan Musa bagi Amram, suaminya. Walau namanya hanya 2 kali disebut di dalam Alkitab, tetapi ia memiliki jasa yang luar biasa bagi bangsa Israel, melalui kehidupan Musa. Dalam pemandangan manusia, Yokhebed tidak memiliki status yang sah sebagai ibu Musa, karena mereka hanya melihat dia sebagai inang penyusu saja bagi Musa. Namun, dalam pemandangan Tuhan, Yokhebed tetaplah ibu kandung dari Musa, yang sejak awal Tuhan pilih untuk mendidik Musa. Dalam Kel 2:10, nampak bahwa Yokhebed tidak hanya mengasuh Musa selama masa penyapihan saja. Bisa dikatakan bahwa kebersamaan Yokhebed dan Musa lebih daripada itu. Yang jelas Yokhebed memiliki waktu yang cukup untuk meletakkan dasar pengenalan tentang tradisi orang Ibrani dan juga iman terhadap Tuhan nenek moyang bangsa Israel kepada Musa. Terbukti, sekalipun Musa telah diangkat oleh putri Firaun dan tinggal di istana raja, hal ini tidak lantas membuatnya lupa akan saudara sebangsanya. Sekalipun, selama puluhan tahun ia dibesarkan di dalam keluarga penyembah berhala, terbukti ia tetap ingat kepada Tuhan nenek moyangnya. Sehingga, Musa tidak lagi kaget ketika Tuhan memperkenalkan diriNya untuk kali pertama kepadanya. Dalam hal ini, sebagai orang tua, Yokhebed telah melakukan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik.

Keluarga Kristen adalah miniature gereja yang memiliki fungsi sangat penting, sebab di sanalah generasi penerus lahir dan bertumbuh. Karakter, tingkah laku, akal budi, akhlak, etika, moral, dll, semuanya dibentuk di dalam keluarga. Dalam hal ini, orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam mempersiapkan generasi penerus yang baik dan berguna di masa depan. Perlu disadari bahwa tugas dan tanggung jawab sebagai orang tua adlaah tugas mulia yang sedari awal telah Tuhan mandatkan kepada semua orang tua. Seperti Yokhebed, sekalipun ia hanya dianggap sebagai inang penyusu oleh putri Firaun, tetapi yang jelas dia telah menjalankan fungsinya sebagai ibu yang benar, yang bertanggung jawab memberikan dasar-dasar iman kepada anaknya.

Keberadaan dan tanggung jawab sebagai orang tua, bukanlah suatu kebetulan. Oleh karena itu, sudah saatnya para orang tua menjalankan tugas dan tanggung jawab tersebut dengan sebaik-baiknya. Sebagai oragn percaya, tanggung jawab utama semua orang tua adalah meletakkan dasar pengenalan akan Tuhan kepada anak-anak mereka. Sebab, dengan dasar inilah akan tercipta generasi unggul di masa depan untuk sesama, terutama untuk Tuhan. Jika saat ini Anda mengalami kesulitan dalam mendidik anak, jangan patah semangat. Ingat, tanggung jawab Anda saat ini berasal dari Tuhan. Sejak semula Anda telah diperlengkapi olehNya untuk menjadi orang tua. Untuk itu mintalah hikmat Tuhan di dalam mendidik anak-anak Anda.

=============================================================

Perbedaan antara biasa dengan luar biasa hanya adanya sedikit penambahan. – Jimmy Johnson

Seminggu Bersama Yokhebed – Hari 4 Memperoleh Berkat Tuhan

Keluaran 2:9; Yeremia 17:7; Mazmur 5:13 

Firman Tuhan mengatakan bahwa orang yang mengandalkan Tuhan akan diberkati olehNya. Ini adalah janji Tuhan yang berlaku bagi semua orang percaya. Sebelum kita mengatakan kepada orang lain bahwa akan ada berkat bagi mereka yang mengandalkan Tuhan, kita harus lebih dahulu merasakannya. Berkat Tuhan itu pasti, sekalipun berkat itu bukan hanya berbentuk materi. Yokhebed telah menunjukkan dirinya sebagai orang yang mengandalkan Tuhan, terbukti dia diberkati Tuhan di dalam hidupnya.

Ketika Yokhebed mengandalkan Tuhan, Dia telah membuat semua perencanaannya berjalan dengan lancer, sebagaimana yang sudah dijelaskan sebelumnya. Akan tetapi, tidak hanya itu yang Tuhan berikan kepada Yokhebed sebagai upah dari sikapnya yang mengandalkan Tuhan tersebut. Tuhan juga memberikan kesempatan kepadanya untuk mengasuh dan membesarkan Musa, walau hanya dalam kurun waktu yang singkat. Selain itu, Yokhebed pun mendapatkan upah dari putri Firaun untuk jasanya tersebut.  Bagi Yokhebed, dengan mendapatkan kesempatan untuk menyusui dan membesarkan anaknya saja, hal itu sudah lebih dari pada cukup. Bisa dipastikan bila tidak mendapatkan upah pun, ia rela melakukannya. Tetapi, inilah yang Tuhan lakukan baginya, Dia memberkati Yokhebed di sepanjang hidupnya.

            Berkat Tuhan tidaklah sebatas seperti apa yang kita pikirkan selama ini, seperti naik jabatan, memiliki rumah pribadi, kendaraan pribadi, dan berkat materi lainnya. Memiliki materi yang banyak tidak hanya dimiliki oleh orang yang hidup di dalam Tuhan. Orang-orang yang tidak mengenal dan tidak percaya kepada Tuhan pun dapat memilikinya, dengan cara bekerja keras. Namun, bisa dipastikan bahwa orang yang hidup di luar Tuhan tidak dapat merasakan berkat-berkat Tuhan yang lain, seperti damai sejahtera, sukacita, keselamatan, rasa syukur, dll. Sebab, berkat yang seperti ini tidak seorang pun dapat mengusahakannya. Seseorang bisa membeli sebuah tempat tidur dan kasur yang mahal, tetapi ia tidak bisa membeli tidur yang nyenyak. Seseorang bisa membeli makanan yang enak dan mahal, tetapi ia tidak bisa membeli selera makan. Banyak orang Kristen ynag menginginkan berkat-berkat Tuhan, tetapi tidak bisa mendapatkannya. Jika hal ini yang terjadi kepada kita saat ini, koreksi kembali diri kita, apakah kita sudah bersandar pada Pribadi yang tepat? Apakah kita sudah sungguh-sungguh mengandalkan Tuhan di dalam kehidupan ini? Karena, Tuhan tidak pernah berubah. Tuhan yang dahulu memberkati Yokhebed adalah Tuhan yang sama, yang sanggup memberkati kita. Jadi, jika saat ini kita belum atau tidak memperoleh berkat-berkat Tuhan, sangat mungkin bahwa kita belum mengandalkanNya. Ingat, iman yang benar tidak hanya tahu meminta berkat-berkatNya, tetapi harus juga mengandalkanNya.

            =============================================================

            Tindakan Anda akan menghapus keraguan teori Anda. – Anonim

Seminggu Bersama Yokhebed – Hari 3 Sang Perencana Unggul

Keluaran 2:3-8; Amsal 19:21

Perencanaan sangat dibutuhkan di dalam kehidupan manusia. Sebab, perencanaan adalah penentu langkah-langkah yang akan diambil dalam mencapai suatu tujuan. Oleh karena itu, perencanaan tidak bisa dipandang sebelah mata. Keberhasilan dan kegagalan seseorang dapat diprediksi hanya dengan melihat sejauh mana ia membuat perencanaan. Untuk itu, dibutuhkan pemikiran yang saksama dalam menyusun suatu perencanaan yang matang. Perihal ini, kita dapat belajar dari Yokhebed, sang perencana unggul.

Ketika Musa semakin besar dan tangisannya semakin kuat, dengan hikmat Tuhan, ia segera menyusun rencana yang begitu baik untuk menyelamatkan Musa. Bukan kebetulan jika Musa ditemukan, lalu diangkat oleh putri Firaun. Sejak awal bisa dikatakan bahwa Yokhebed memang telah menargetkan putri Firaun untuk menjadi orang tua asuh bagi Musa, karena dengan demikian Musa akan tetap hidup. Berikut adalah perencanaan yang disusun oleh Yokhebed sebelum ia memberanikan diri untuk menyembunyikan Musa di Sungai Nil.

Pertama, ia telah membuat terlebih dahulu peti pandan untuk Musa. Peti pandan yang dimaksud adalah keranjang yang terbuat dari papirus. Yokhebed menjadikan papirus sebagai keranjang Musa, karena bau papirus tidak disukai oleh buaya. Kemudian, Yokhebed mengolesi keranjang tersebut dengan gala-gala dan ter. Gala-gala dan ter yang dimaksud adalah dempul dan aspal, yang berguna untuk merekatkan batang-batang papirus, agar air tidak masuk ke dalam keranjang tersebut.

Kedua, bisa dipastikan bahwa Yokhebed telah mempelajari targetnya, yaitu putri Firaun. Sehingga, bisa dikatakan bahwa ia tahu betul kapan putri Firaun akan mandi di Sungai Nil.

Ketiga, pasti ia juga sudah melatih anaknya Miryam, seperti apa yang harus dilakukan dan dikatakan oleh Miryam ketika nanti bertemu dengan putri Firaun. Terbukti, ia menempatkan anaknya, Miryam untuk mengawasi Musa dan ketika bertemu dengan putri Firaun, tanpa basa-basi anak itu langsung menawarkan inang penyusu bagi Musa. Ini adalah bukti bahwa Yokhebed sungguh-sungguh orang beriman. Secara logika, hal ini tentu mustahil jika dilakukan oleh seorang ibu rumah tangga, apalagi ia adalah seorang budak di negeri asing. Karena imanlah ia dapat menyusun semua perencanaan itu dan hasil akhirnya ia serahkan kembali kepada Tuhan. Inilah cara kerja iman, sesuatu yang mustahil bagi pemikiran manusia, tetapi dikerjakan oleh Tuhan, guna menunjukkan kebesaranNya.

Sebagai orang percaya, sudah seharusnya kita melibatkan Tuhan di dalam semua perencanaan kita. Jadikanlah ini sebagai langkah awal dalam menyusun perencanaan. Dengan demikian, kita akan memutuskan segala sesuatu dengan penuh kebijaksanaan, melangkah dalam kepastian, dan akan memperoleh hasil akhir yang luar biasa.

=============================================================

Masalah terbesar di dunia bisa saja diselesaikan saat itu masih masalah kecil. – Witter Bynner

Seminggu Bersama Yokhebed – Hari 2 Iman Mengalahkan Ketakutan

Keluaran 2:2; Ibrani 11:23; Mazmur 55:23

Kelahiran seorang anak pasti merupakan hal yang paling menggembirakan di dalam keluarga. Namun, tidak demikian halnya yang dirasakan oleh Yokhebed ketika ia melahirkan Musa. Sebelum Amram dan Yokhebed menikah, bangsa Israel sudah mendapatkan tekanan dari Firaun. Ketika Firaun melihat jumlah bangsa Israel yang saat itu melebihi jumlah penduduk Mesir, ia menjadi khawatir. Oleh karena kekhawatirannya itu, ia menjadikan bangsa Israel sebagai pekerja rodi di tanah Mesir, dengan tujuan menekan bangsa ini agar tidak semakin banyak. Namun, jumlah mereka justru semakin bertambah banyak. Oleh sebab itu, Firaun mengeluarkan perintah kepada rakyatnya agar melemparkan semua anak laki-laki Ibrani ynag baru dilahirkan ke dalam Sungai Nil (Kel 1:22). Saat situasi seperti itulah, lahir Musa bagi Amram dan Yokhebed.

Pasti kita bisa membayangkan apa yang dirasakan oleh Amram dan Yokhebed ketika itu. Manusiawi sekali jika mereka dilanda kebingungan dan kegelisahan, karena mereka takut jika anaknya mati dibunuh oleh Firaun. Namun, nampaknya iman mereka jauh lebih besar dari ketakutan mereka itu, hal ini dapat dilihat dari tindakan mereka. Alkitab menceritakan bahwa ketika Yokhebed melihat anaknya itu cantik, maka disembunyikanlah dia. Cantik yang dimaksudkan dalam hal ini, semata-mata bukan hanya parasnya saja. Dalam Kis 7:20, cantik yang dimaksud adalah elok di mata Tuhan. Hanya dengan iman, ia dapat melihat bahwa keelokan anaknya itu adalah sesuatu yang khusus di mata Tuhan. Dengan iman, ia mengerti pesan Tuhan dalam diri anaknya, Musa. Sehingga, ia dan suaminya menyembunyikan Musa tiga bulan lamanya, dan tidak lagi takut kepada perintah Firaun, sebab mereka meyakini perlindungan Tuhan bagi Musa.

Apakah saat ini kita sedang menghadapi situasi sulit dan tidak pasti, sehingga membuat kita menjadi takut menghadapi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi? Hari ini satu hal lagi yang dapat kita pelajari dari Yokhebed, yaitu imannya. Dengan iman, Yokhebed tidak lagi merasakan ketakutan, sekalipun berada di dalam situasi sulit. Dengan iman juga ia dapat melihat hal positif di tengah situasi yang sulit. Iman seperti inilah yang seharusnya dimiliki oleh semua orang percaya. Iman orang percaya bukanlah iman yang hanya sekadar tahu, lalu mengucapkannya sebatas di mulut bahwa Tuhan itu hidup dan mampu melakukan perkara-perkara luar biasa. Tetapi, iman itu juga harus dipraktikkan sebagai wujud nyata bahwa kita sungguh adalah orang beriman. Iman di dalam Kristus bukanlah iman yang konyol, sebab ada kepastian di dalamNya. Tuhan memang tidak pernah berjanji bahwa jalan yang kita lewati adalah jalan bebas hambatan. Tetapi, Ia berjanji akan memberikan jalan keluar ketika kita berada dalam kesulitan. Jadi, jangan takut, berharaplah senantiasa kepadaNya!

=============================================================

Sebagian besar dari bayang-bayang kehidupan ini, disebabkan oleh posisi kita sendiri di bawah sinar matahari. – Ralph Waldo Emerson

Seminggu Bersama Yokhebed – Hari 1 Memilih yang Benar dan Tepat

Keluaran 2:1; Mazmur 128:1-6

Pernikahan adalah lembaga yang kudus, sebab Tuhan sendiri yang membuatnya. Ia mengambil inisiatif dengan menciptakan laki-laki dan perempuan. Tidak ada seorang pun yang berhak menghancurkan lemabaga kudus tersebut. Hubungan suami-istri hanya dipisahkan oleh kematian. Oleh karena itu, diperlukan suatu pertimbangan yang matang sebelum memutuskan untuk menikah. Salah satu yang termasuk di dalam pertimbangan tersebut adalah memilih orang yang hendak menikah dengan kita. Tuhan memang tidak menentukan siapa yang akan menjadi pasangan hidup kita kelak, mengenai ini kita telah diberi kebebasan penuh untuk memilihnya. Meskipun demikian, tetap ada ketetapan-ketetapan Tuhan yang tidak boleh kita abaikan.

Bila membaca Kel 2:1 dengan saksama, maka kita akan menemukan 2 poin penting yang harus diperhatikan sebelum kita memutuskan untuk membangun sebuah keluarga Kristen.

Pertama, kita harus menikah dengan seseorang yang tidak sama jenis kelaminnya. Sejak semula, Tuhan hanya menciptakan pria dan wanita. Melalui pernikahanlah, Tuhan hendak mengingatkan bahwa manusia diciptakan sebagai pria dan wanita. Dalam hal ini, Yokhebed telah memerhatikan ketetapan Tuhan tersebut. Walau saat ini banyak gereja yang telah melegalkan pernikahan sejenis, namun keputusan mereka itu tidak akan pernah bisa mengubah ketetapan Tuhan. Pernikahan sejenis adalah dosa di mataNya, karena ini tidak sejalan dengan ketetapanNya, yang mana Ia telah menciptakan laki-laki dan perempuan, agar mereka beranak-cucu dan bertambah banyak. Oleh karena itu, kita tidak boleh mengabaikan ketetapan Tuhan tersebut.

Kedua, kita harus memilih pasangan yang tepat, yang memiliki dasar keyakinan yang sama di dalam Tuhan. Bagi orang percaya, memilih pasangan yang memiliki iman dan pengharapan yang sama di dalam Tuhan, merupakan harga mati. Inilah yang telah dilakukan oleh Yokhebed. Ia dikatakan berhasil memilih pasangan hidup yang tepat, semata-mata bukan karena ia menikah dengan pria yang berasal dari suku yang sama. Akan tetapi, karena pria tersebut juga memiliki iman dan pengharapan yang sama di dalam Tuhan. Terbukti mereka disebutkan sebagai salah satu orang beriman di dalam Kitab Ibrani.

Apabila kita mengabaikan ketetapan Tuhan ini, maka akan sulit bagi kita untuk menentukan dan menetapkan dasar yang tepat dalam membangun keluarga. Satu-satunya pondasi yang kuat, aman, stabil, dan abadi yang dibutuhkan oleh setiap keluarga Kristen adalah Yesus Kristus. Dalam hal ini pasangan suami-istri bukan hanya harus memiliki agama yang satu, tetapi juga harus memiliki iman percaya yang satu di dalam Kristus. Ingat, ketika sebuah keluarga terbagi kepercayaannya, maka keluarga itu tidak kokoh. Jadi, jika saat ini kita sedang memilih pasangan hidup, janganlah lupa akan ketetapanNya ini.

=============================================================

Ketika kita takut menghadapi masalah, justru akan muncul masalah baru. – Anonim