Yohanes 8:44
Tanggal 28 Agustus 1973, terjadi sebuah perampokan bank yang disertai penyanderaan di Stockholm, Swedia. Selama enam hari, penjahat menyandera empat korban dan mengikatkan bom pada tubuh mereka. Anehnya, setelah drama penyanderaan berakhir, para korban menunjukkan sikap yang berbeda. Padahal, mereka baru saja dilepaskan dari ancaman dan siksaan dari penyanderanya. Kepada media, para korban justru menunjukkan dukungannya kepada para penyandera. Korban merasa bahwa penyandera sebenarnya justru melindungi mereka dari polisi. Aneh bin ajaib, salah satu dari korban perempuan itu bahkan akhirnya bertunangan dengan salah satu penyandera.
Tanpa disadari, korban ternyata telah menjalin ikatan emosional dengan penyanderanya. Dari sini muncul istilah “Sindrom Stockholm” yang pertama kali dicetuskan kriminolog dan psikiater Nils Bejerot, yang kala itu juga ikut membantu polisi, yakni sebuah kondisi psikologis dimana korban merasa simpati terhadap penjahat yang menyandera atau menculiknya. Sindrom Stockholm ditandai dengan ciri, korban memiliki perasaan positif serta mendukung perilaku pelaku. Sebaliknya, ia memiliki perasaan negatif terhadap keluarga atau teman yang mencoba menolongnya.
Semua orang Kristen tahu bahwa Iblis adalah bapa dari segala kejahatan. Setiap hari kita diingatkan untuk selalu waspada atas pekerjaan si Iblis. Namun faktanya, banyak orang Kristen masih jatuh-bangun di dalam dosa. Seberapa sering kita lihat, jemaat justru membenci pendetanya yang mengingatkan dia akan dosa yang ia perbuat. Padahal sang hamba Tuhan hanyalah ingin menyelamatkan si jemaat dari cengkeraman Iblis.
Meski tahu bahwa Tuhan sangat membenci dosa, namun banyak orang Kristen seperti tidak memiliki kekuatan untuk mematahkan kuasa si Iblis. Benarlah apa yang dikatakan Rm 7:19, “Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat.”
Iblis adalah bapa pendusta, ia menyamar sebagai malaikat Terang. Tanpa kekuatan dari Tuhan, kita tidak mampu mendeteksi pekerjaan Iblis dengan cara-caranya yang menyesatkan. Iblis sering memelintir firman Tuhan sehingga orang yang tidak memiliki kepekaan rohani bisa dengan mudah terperangkap di dalam dosa. Mustahil mengalahkan Iblis dengan menggunakan kekuatan sendiri, karena sekadar niat saja tidaklah cukup. Kepada semua orang percaya, Tuhan memberi perintah untuk mengenakan seluruh perlengkapan senjata Tuhan.
Hidup adalah pilihan. Jika kita memilih untuk menyenangkan Tuhan, kita harus berani memisahkan diri dari cara hidup dunia. Barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Tuhan. Buatlah keputusan yang benar hari ini, cintailah Tuhan dan bencilah kejahatan.
=============================================================
Galilah sumur sebelum Anda haus. – Peribahasa Tiongkok